Thursday, February 10, 2011

Price of Love

Aku memandang nanar, wanita itu begitu renta, guratan lelah memperlihatkan kehidupannya yang keras, tetapi ada sebuah semangat yang bersinar di balik matanya ketika memandang gadis itu.

"Auntie, apa-apaan ini? kenapa jam tanganku rusak? auntie tau berapa harga jam tangan ini? Mahal! Auntie ga akan bisa ganti! Auntie plis dong jangan rusakin barang-barang aku terus..!!!" teriakan demi teriakan itu didengarkannya, tanpa satu kata balasan.

Aku berjalan mendekati mereka, aku tidak bisa melihat gadis itu, aku menghampiri mereka..

"braaaakkk.. bruuukkkk.." Gadis kecil itu membuang tumpukan baju yang telah disetrika wanita tua tersebut. "Jangan lagi-lagi kamu sentuh barang aku!" Lanjutan kata-kata pedas itu meluncur dari bibir gadis itu seraya meninggalkan rumah dengan membanting pintu. Dan hanya dibalas dengan senyuman terindah dari bibir wanita yang dipanggil Auntie itu.

Aku berjalan, mengikuti langkah gadis kecil itu. Dia berjalan sendirian, memandang kesana kemari dan tiba-tiba sekelompok pemuda menghampirinya. Sekelompok pemuda itu mengelilinginya, dia sangat takut.
"Ini anak yang memakai jam tangan mahal itu, ayo kita ambil jam tangannya!" ujar salah seorang dr mereka. Gadis kecil itu terlihat pucat, dia merasa sangat terpojok.

Aku kembali menghampiiri mereka, mencoba menarik perhatian sekelompok pemuda itu agar melepaskan gadis kecil tersebut.

"Ahh, mana jam tangannya, dia tidak memakai jam tangan yang kau bilang! dia tidak membawa barang berharga, kamu bodoh, dia sama sekali tidak menguntungkan, ayo pergi!" pria lainnya berteriak kepada pemuda-pemuda itu, lalu diikuti terikan keras dari yang lainnya seraya meninggalkan gadis yang kini telah menangis itu sendirian.

Gadis itu berbalik, dia melihat Auntienya menghampiri dia, "Kemarin Auntie tidak sengaja mendengar mereka akan merampok jam tangan mahalmu hari ini, sehingga Auntie berusaha agar mereka tidak menyakitimu." Tangisan gadis kecil itu semakin menjadi. Ia memeluk wanita tersebut dengan erat. "Terimakasih Auntie, maafkan aku yang selalu berburuk sangka denganmu."

Aku terharu melihat itu semua. Semahal apapun harga jam tangan itu, tidak akan melebihi pengorbanan dari seseorang yang menyayangi kita setulus hati. Aku menghampiri mereka memandang dari dekat wajah gadis itu. Aku sangat mengenali wajah gadis kecil itu. Ya, itu AKU.

No comments:

Post a Comment