Tuesday, February 8, 2011

Bayangan Hujan

Aku berdiri menatap langit mendung, sebentar lagi hujan turun, tapi aku enggan beranjak dari tempatku berdiri. Aku tidak suka hujan, aku tidak suka dingin, aku terlalu lemah untuk berhadapan dengan hujan dan dingin, tapi aku suka berdiri disini saat hujan, karena dengan begitu aku bisa menangis tanpa seorangpun dapat membedakan air mataku dan rintik air hujan.

"Ry, ayo masuk, nanti kamu sakit" kata-kata lembut itu menyadarkanku, aku beranjak menghampiri sang empunya suara. Aku terdiam menatapnya. Wajah lelahnya tersenyum, senyum yang membuatku berusaha sekuat tenaga agar senyum itu selalu ada di wajahnya. Senyum untukku.
"Iya, Ma."

Aku kembali ke kamarku, menatap hujan yang turun melalui jendela kamarku. Sebenarnya aku masih ingin berdiri disana, lebih lama lagi, tapi hujan akan menghapus senyum di wajahnya, aku tidak mau senyum itu hilang.

"Ry, kamu mau warna Pink atau Merah untuk gaun pestamu? tapi sepertinya Merah sangat cocok dengan kulitmu." Aku menatap lurus kedua gaun di tangannya. "Merah, Ma".

Senyum itu kembali mengembang di wajahnya yang mulai menua, wajah penuh dengan pengorbanan dan kerja keras, tapi wajah itu akan terlihat cantik bila dihiasi senyuman. Aku tidak mau kehilangan senyuman itu. Senyuman untukku.

Aku berbalik menatap cermin di pojok kamarku, kulihat bayanganku disana, kian hari bayangan itu semakin memudar, semakin tipis, kurengkuh bayangan itu, tetapi bayanganku semakin menjauh, berganti dengan senyumannya. Dan aku berhenti merengkuh bayanganku, kubiarkan dia pergi menjauh berganti dengan senyuman itu, senyuman yang selalu aku dambakan sejak 9 tahun lalu.

No comments:

Post a Comment